Minggu, 31 Agustus 2008

Ramadhan, Bulan Penuh Hikmah

Ramadhan dianggap sebagai bulan penuh rahmat dan pengampunan Tuhan. Maka, pada bulan itulah orang terpacu untuk melakukan ritual ibadah semaksimal mungkin karena merupakan puncak perayaan keimanan.

Pada bulan ini orang berlomba-lomba beribadah dan beramal. Salah satu tuntutan beribadah adalah memenuhi keingintahuan tentang ibadah itu sendiri.

Keingintahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan ibadah tidak hanya dengan mengikuti pengajian atau ceramah Ramadhan, tetapi juga membaca buku. Adalah kelaziman jika pada bulan Ramadhan toko buku dipenuhi pengujung lebih daripada biasanya. Hal itu tercetus dari pengelola Toko Buku Gramedia Matraman Jakarta, Gramedia Merdeka Bandung, dan Togamas Yogyakarta.

Banyak orang yang mengisi waktu luangnya pada bulan puasa dengan mengunjungi toko buku, baik untuk sekadar membaca maupun mencari buku yang diinginkan. Pada bulan inilah biasanya penjualan buku agama meningkat dibandingkan dengan bulan lainnya. Angka penjualan biasanya meningkat 20-30 persen.

Antusiasme masyarakat dalam membeli buku agama pada bulan Ramadhan menjadi peluang besar bagi toko buku dan penerbit untuk mendulang keuntungan. Tidak heran jika pada bulan ini toko buku dan penerbit berlomba-lomba memberikan diskon untuk buku-buku agama Islam.

Itu, misalnya, dilakukan toko buku yang tergabung dalam Grup Gramedia yang menggelar diskon buku agama Islam untuk buku tertentu hingga 25 persen. Hal itu dilakukan baik atas inisiatif toko buku sendiri maupun kerja sama dengan penerbit. Misalnya untuk penerbit Mizan memang memberikan diskon buku agama di toko buku, maka diskon harga buku tidak hanya ditanggung oleh toko buku, tetapi bersama dengan penerbit.

Antusiasme masyarakat dalam membeli buku pada bulan Ramadhan juga terungkap dari hasil jajak pendapat Kompas tentang konsumsi buku agama. Sebanyak 56 persen dari 845 responden menyatakan membaca buku pada bulan ini dan hampir 50 persennya membaca buku panduan agama Islam. Antusiasme membaca buku agama Islam ternyata lebih tinggi pada bulan puasa dibandingkan dengan bulan lainnya. Namun, bukan berarti masyarakat tidak membaca buku agama Islam selain di bulan Ramadhan.

Hal ini tentunya memperkuat data dari toko buku yang mengungkapkan bahwa penjualan buku agama Islam meningkat pada bulan Ramadhan. Jajak pendapat itu dilakukan di sepuluh kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, Banjarmasin, Pontianak, Makassar, Manado, dan Jayapura.

Hanya 52 persen responden yang terbiasa membaca buku baik buku agama Islam maupun buku umum sehari-hari, selebihnya menyatakan tidak melakukan hal tersebut. Membeli dan membaca buku panduan agama Islam tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Sebanyak 35 persen responden menyatakan biasa membeli buku agama Islam meskipun bukan di bulan Ramadhan.

Belanja buku bukanlah kebiasaan atau kebutuhan bagi masyarakat di sepuluh kota besar di Indonesia. Jika melihat kebiasaan orang Indonesia membeli buku, ternyata jauh lebih kecil daripada kebiasaan membaca. Hanya 12 persen responden yang menyatakan memiliki budget khusus setiap bulan untuk berbelanja buku, sementara itu selebihnya tidak melakukan hal tersebut.

Hal itu menunjukkan semangat masyarakat Muslim Indonesia untuk menggali dan mendalami ajaran agamanya seiring dengan pertumbuhan buku-buku panduan agama Islam dari penerbit. Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir penerbit berlomba-lomba menerbitkan buku panduan agama yang bersifat wisata hati atau bersifat sufistik. Sufistik adalah ajaran agama yang menekankan pendekatan personal kepada Tuhan, biasanya bersifat reflektif.

Bertahan pada panduan praktis dan reflektif

Banyaknya buku agama Islam yang terbit dan beredar di toko buku tidak selalu menggambarkan keragaman kebutuhan dan pemikiran masyarakat terhadap pemahaman agama. Hal itu diketahui dari tema-tema yang tampil pada bulan puasa ini: kebutuhan masyarakat akan buku agama Islam masih tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Masyarakat Indonesia masih mengagumi dan membutuhkan buku panduan agama Islam seperti La Tahzan Jangan Bersedih karya Aidh Al Qarni. Buku ini masih bertahan dalam jajaran tertinggi penjualan buku agama dalam dua tahun terakhir. Buku ini memberikan pengarahan dan panduan kepada pembaca agar tidak larut dalam kesedihan dan kecemasan menghadapi berbagai persoalan hidup.

Selebihnya, buku-buku yang tampil tidak jauh dari tema-tema mendalami makna ibadah, baik yang bersifat teknis maupun pengayaan iman. Judul buku seperti Terapi Sholat Tahajud yang memandu orang melakukan dan meyakini bahwa tahajud mampu menjadi terapi bagi seseorang cukup laris di toko buku.

Arif, pengelola Toko Buku Togamas, yakin bahwa segmen pasar buku Terapi Sholat Tahajud bukan hanya panduan bagi orang yang rajin shalat tahajud, tetapi juga bagi orang yang ingin mengetahui lebih jauh tentang manfaat shalat tahajud.

Larisnya buku tersebut juga diakui oleh Deden, Manajer Hikmah Mizan. Buku tersebut, katanya, menarik perhatian masyarakat. Bahkan, Mizan bekerja sama dengan penulis buku Terapi Sholat Tahajud melakukan serangkaian kegiatan untuk mempromosikan bukunya. Mulai dari diskusi, ceramah, hingga pelatihan melakukan shalat tahajud yang dapat menjadi terapi bagi seseorang.

Seperti tahun lalu, tahun ini pun buku-buku panduan wisata hati sangat laris di pasaran. Hanya saja, kini, orang senang membaca buku agama yang menyentuh kehidupan keseharian atau living text. Pengalaman keimanan personal kini sedang menarik perhatian pembaca.

Buku seperti Zikir Menyembuhkan Kankerku, kisah pengalaman seorang penderita kanker yang akhirnya berhasil sembuh berkat zikir, sangat laku di pasar. Seperti diakui oleh Deden, "Sekarang orang sudah bosan dengan buku-buku yang mengajarkan agama tekstual, tetapi melalui pengalaman pribadi seseorang."

Maka, jika dulu orang masih mau membaca tentang ganjaran bagi setiap ibadah, termasuk shalat, kini orang telah berpaling muka terhadap buku-buku demikian. Arif dari Togamas mengatakan, "Sekarang kajian kritis terhadap agama dan ibadahlah yang digemari, bukan lagi doktrin agama." Karena itu, buku-buku seperti Mukjizat Puasa atau Keutamaan Sholat-lah yang sangat digemari.

Maka gayung bersambut; penerbit pun kini berlomba-lomba menyediakan buku yang demikian. Sebut saja Elex Media Komputindo. Penerbit yang berkonsentrasi pada buku komik dan komputer itu kini menerbitkan buku Quantum, yang bersifat reflektif kritis terhadap keimanan seseorang.

Kini masyarakat mempelajari agama tidak lagi dari buku-buku agama yang bersifat dogmatis, tetapi lebih pada reflektif keberagamaan seseorang. Jika dulu orang masih mau membaca tentang hukuman atau sanksi jika tidak shalat, sekarang orang membaca buku tentang manfaat dan keutamaan shalat.

Gaya pemaparan dalam penceritaan isi buku juga memengaruhi sebuah buku itu laku atau tidak, seperti diungkapkan manajer Hikmah tersebut. "Narasi dan deskripsi yang ringan dan enak dibaca tentunya akan menarik orang untuk membacanya," ungkap Deden lebih lanjut.

Buku-buku wisata hati yang merupakan kisah pribadi kini semakin ramai di pasar buku. Buku seperti Khadijah, The True Love Story of Muhammad, sedang naik daun, orang mulai menoleh kembali ajaran agama melalui kisah kehidupan pribadi tokoh Muslim pada masa lalu.

Tidak ada komentar: